Perpustakaan merupakan tempat dimana
ilmu pengetahuan berada di dalamnya dengan segala bahan pustaka yang ada serta
memiliki nilai yang positif di masyarakat karena memiliki informasi-informasi
yang dibutuhkan. Di masa sekarang ini, perpustakaan masih dianggap sebagai
tempat menyimpan buku dan tempat dimana kita meminjam serta mengembalikannya.
Persepsi sebagian masyarakat terhadap perpustakaan yang seperti itu sudah
banyak kita dengar, karena pada hakikatnya perpustakaan memang tempat untuk
menyimpan, meminjam dan mengembalikan buku yang telah kita pinjam. Namun
pandangan tersebut dapat dipatahkan dengan hal-hal pembaharuan yang dilakukan
oleh orang-orang ahli yang bekerja secara professional di dalamnya. Dengan
inovasi-inovasi yang dilakukan oleh orang-orang tersebut maka perpustakaan
bukan lagi tempat untuk menyimpan buku, meminjam buku ataupun mengembalikan
buku.
Inovasi-inovasi tersebut dapat dari
segi manapun, dengan memerhatikan masyarakat dapat melihat bahwa perpustakaan
berubah dengan kreatifitas sehingga masyarakat pun dapat tertarik untuk
mengunjunginya. Contohnya, seperti pada bangunan fisik perpustakaan yang diubah
menjadi lebih menarik yang dulunya mungkin memiliki desain bangunan yang
monoton diubah menjadi bangunan yang desainnya bulat melingkar, atau bisa juga
bentuk bangunannya seperti desain buku sehingga menjadi ciri khas dari
perpustakaan itu. Pada lingkungan sekitar perpustakaan juga dapat diubah dengan
menjadikannya taman baca bagi pengunjung perpustakaan atau bagi masyarakat
sekitar. Dengan begitu masyarakat di sekitarnya dapat menyimpulkan bahwa
sebenarnya perpustakaan itu merupakan tempat yang menyenangkan bagi kita untuk
belajar sambil bermain. Terlebih lagi bagi anak-anak yang ada di sekitarnya,
itu akan menjadi perhatian tersendiri bagi mereka dan jika ada kesempatan
mereka pun ingin mengunjungi perpustakaan yang berada di dekatnya. Intinya,
dengan adanya taman di depan perpustakaan yang dialokasikan menjadi taman baca
dapat menarik perhatian masyarakat di sekitarnya untuk mengunjungi
peerpustakaan, serta dapat mematahkan persepsi masyarakat tentang sisi negatif
perpustakaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Terlepas dari hal itu, orang-orang
yang ahli di dalam perpustakaan harus dapat berpikir lebih luas lagi karena
menyadari bahwa perpustakaan harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman
seperti sekarang ini. Bukan hanya menarik perhatian masyarakat untuk dapat
mengunjungi perpustakaan saja, tetapi juga harus bisa menyediakan bahan pustaka
yang sesuai dengan yang dibutuhkan pengunjungnya terlebih lagi bahan pustaka
yang megacu pada zaman global saat ini. Dengan begitu ahli perpustakaan atau
pustakawan harus bekerja lebih giat lagi untuk membangun perpustakaan lebih
maju lagi.
Konsep tersebut membawa kita pada
pembahasan perpustakaan masa depan. Bagaimana kita sebagai pustakawan harus
dapat merancang seperti apa perpustakaan pada masa yang akan datang. Apakah
akan sama seperti yang sekarang ataukah akan sangat berbeda dengan yang
sekarang. Itu adalah tugas kita bersama agar perpustakaan tidak hilang dengan
sendirinya di masa depan karena terancam oleh hal-hal global salah satunya
yaitu teknologi. Di masa yang akan datang diharapkan bahwa perpustakaan akan
lebih bekerjasama dengan teknologi agar di antara keduanya dapat berjalan
dengan selaras dan seimbang.
Mengubah perpustakaan bukan hanya
dari bangunan saja. Apakah itu dari eksterior ataupun interior perpustakaan,
ataukah dari bahan pustaka yang diperbanyak, tetapi ada yang lebih simple atau
sederhana yaitu menambahkan kesan hidup pada perpustakaan melalui Visual
Design, yang dapat diaplikasikan melalui dinding perpustakaan. Visual
Design dapat berupa gambar-gambar yang bukan hanya memiliki nilai estetik
tersendiri melainkan juga memiliki nilai dan fungsi tertentu yang dapat
menghidupkan ruangan-ruangan yang ada di perpustakaan. Visual Design seperti
yang sering kita dengar dengan sebutan wallpaper adalah salah satu contohnya.
Menghadirkan gambar pada dinding perpustakaan akan menjadikannya lebih indah
dan pengunjung yang melihatnya pasti akan tertarik dan akan betah berlama-lama
di dalam perpustakaan.
Desain merupakan perencanaan dalam
pembuatan sebuah objek, sistem, komponen atau struktur. Kemudian, kata “desain”
dapat digunakan sebagai kata benda maupun kata kerja. Dalam artian yang lebih
luas, desain merupakan seni terapan dan rekayasa yang berintegrasi dengan
teknologi.
Desain adalah suatu pemikiran yang
dihasilkan oleh manusia yang diaplikasikan dalam bentuk rancangan dan akan
menghasilkan suatu produk, yang tidak hanya memiliki nilai estetik saja namun
juga memiliki nilai dan fungsi serta manfaat yang disesuaikan dengan lingkungan
sekitar. Desain memiliki beragam jenis, namun yang akan ditekankan adalah
bagaimana kita membuat sebuah desain yang dapat mengubah dinding perpustakaan
menjadi lebih indah dan menarik perhatian bagi siapa saja yang melihatnya.
Salah satu contohnya yaitu menghadirkan desain grafitty pada
dinding. Grafitty adalah suatu kegiatan seni yang menggunakan
media cat semprot untuk membuat sebuah gambar, namun lebih menekankan kepada
kata-kata atau tulisan yang memiliki simbol atau makna tertentu. Namun, grafiti
banyak dianggap sebagai seni desain yang memiliki nilai negatif karena sering
dianggap sebagai bahasa yang digunakan oleh pemberontak untuk melampiaskan
ketidakpuasannya terhadap sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Grafiti juga sering kita lihat pada tembok-tembok jalanan yang tulisannya
seperti memiliki bahasa rahasia karena terlihat dari tulisannya yang hampir
tidak dapat terbaca.
Dengan menghadirkan grafiti di dalam
perpustakaan dengan konsep yang berbeda maka akan menjadi hal yang baru yang
menjadi inisiatif kita untuk mengubah perpustakaan. Apakah akan memengaruhi pandangan
pemustaka jika melihatnya? Bisa iya bisa juga tidak. Namun disini, kita akan
menekankan kepada konsep baru bahwa grafiti juga dapat menarik perhatian
pengunjung dengan cara membuat tulisan yang dapat terbaca namun dengan gaya
grafiti yang memiliki pesan tertentu seperti “Find Your Books”, “Ayo Baca
Buku”, “Mau Keren? Baca Buku Doong”, atau “Isi Waktu Luang Dengan Membaca !”.
Kalimat-kalimat seperti itu mungkin pernah kita baca pada perpustakaan lain,
namun bukan pada dindingnya melainkan pada pajangan bingkai yang dipajang di
atas dinding dengan kesan yang monoton. Namun, dengan gaya grafiti kita dapat
menghadirkannya menjadi lebih baru, atau dapat dikatakan lebih atraktif untuk
bisa mengajak atau menarik perhatian pembaca untuk terus membaca. Kesan grafiti
memang dapat disebut ramai, namun di dalam perpustakaan sebaiknya dihadirkan
dengan pilihan gaya yang disesuaikan dengan pemustaka yang ada. Atau dengan
kata lain, lebih kalem atau sederhana tetapi menimbulkan kesan yang “waah”.
Selain grafiti, ada juga bidang seni
lainnya yang dapat kita aplikasikan ke dalam perpustakaan, seperti mural. Mural menurut
Susanto (2002:76) memberikan definisi sebagai lukisan besar yang dibuat untuk
mendukung ruang arsitektur. Definisi tersebut bila diterjemahkan lebih lanjut,
maka mural sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari bangunan dalam hal ini
dinding. Dinding dipandang tidak hanya sebagai pembatas ruang maupun sekedar
unsur yang harus ada dalam bangunan rumah atau gedung, namun dinding juga
dipandang sebagai medium untuk memperindah ruangan. Mural adalah cara
menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau permukaan luas yang
bersifat permanen lainnya.
Mural adalah suatu kegiatan seni yang biasanya
menimbulkan efek dua dimensi atau tiga dimensi sama seperti lukisan di atas
kanvas pada umumnya. Namun mural menggunakan media yang lebih besar yaitu pada
dinding bangunan, sehingga masyarakat dapat melihat dengan jelas kreatifitas
dari seniman yamng membuatnya. Jika mural kita hadirkan dalam dinding
perpustakaan, maka apa tanggapan dari pemustaka yang datang dan melihatnya?
Sama seperti yang dijelaskan dalam pembahasan grafiti.
Bahwa kita menggunakannya dengan konsep yang berbeda sehingga menimbulkan kesan
yang baru bagi perpustakaan. Misalnya saja kita menghadirkan mural dengan
gambar yang memiliki pesan bahwa dengan banyak membaca, wawasan kita akan
menjadi luas. Dan ilustrasi gambarnya seperti orang-orang atau misalnya dalam
perpustakaan perguruan tinggi dibuat gambar mahasiswa-mahasiswi yang banyak
membaca buku lalu gambar disampingnya merupakan gambaran kesuksesannya dia
karena rajin membaca, atau bisa juga dibuat gambar mahasiswa yang melepas toganya
bersama teman-temannya. Sehingga pemustaka yang datang dan melihatnya akan
tertarik dan termotivasi untuk cepat selesai kuliah. Hal itu berarti bahwa
Mural memiliki makna yang positif terhadap pendidikan khususnya di
perpustakaan.
Mural juga dapat dihadirkan dengan gambar tiga dimensi
seperti ini:
Kesan Mural seperti contoh di atas dapat
dihadirkan di dalam ruangan perpustakaan, sehingga akan terasa efek yang
berbeda pada saat melakukan aktifitas membaca atau berdiskusi dengan
rekan-rekan. Efek tersebut juga akan membantu kita dalam menenangkan emosi kita
karena ditambah dengan efek warna biru yang menyejukkan dan menghangatkan.
Dengan begitu diharapkan pemustaka dapat menjadi tertarik dan ingin terus
berada di dalam untuk melakukan aktifitasnya. Gambar yang tersaji pada mural
terlihat sangat natural dan serupa dengan aslinya sehingga terasa menyatu saat
dipandangi.
Tetapi selain pada indoor perpustakaan,
Mural juga dihadirkan pada bangunan luar perpustakaan atau pada tembok luar
perpustakaan. Agar orang-orang pada saat melewati perpustakaan akan tertarik
untuk menjadi pengunjung perpustakaan. Namun, penempatan gambar Mural juga
harus diperhatikan. Serta seberapa ukuran gambarnya dan yang paling penting
memiliki makna agar orang yang melihatnya juga terkesan.
Ada satu lagi teknik yang dapat
digunakan dalam menghias dinding, yaitu Wallpaper. Wallpaper adalah
jenis bahan yang digunakan untuk menutupi dan menghias dinding bagian dalam
rumah, kantor, dan bangunan lainnya, yang merupakan salah satu aspek dari
dekorasi interior. WallPaper biasanya dijual dalam bentuk roll (gulungan ) dan
dipasang ke dinding menggunakan lem khusus wallpaper. Wallpaper tidak beda jauh
dengan mural, karena sama-sama menghadirkan suasana lukisan atau gambar yang
dapat membuat suatu ruangan menjadi lebih hidup. Wallpaper adalah sebuah gambar
yang telah dirancang sesuai keinginan konsumennya dalam bentuk digital
printing.
Desain wallpaper dihadirkan di dalam
perpustakaan sama saja seperti pembahasan di atas. Tetapi wallpaper lebih mudah
digunakan karena dalam bentuk digital printing. Sehingga pada saat menggunakannya
juga tidak sulit, tinggal menempel bahannya saja lalu melepaskannya, tentu saja
dengan cara yang sudah diatur. Wallpaper dapat dipakai dalam ruangan yang furniturnya
sesuai dengan warna tembok atau dengan bentuk ruangannya. Dan dapat ditambah
wallpaper yang sesuai juga dengan dindingnya. Contohnya seperti gambar berikut
ini.
Ruangan tersebut akan menimbulkan kesan hangat dan nyaman bagi yang
memakainya. Dan akan merasakan suasana tenang dalam membaca buku. Gambar
tersebut merupakan gambar untuk dekorasi rumah, namun tidak ada salahnya diaplikasikan
di dalam ruangan perpustakaan.
Di dalam perpustakaan yang
dikhususkan pada anak-anak juga dapat digunakan wallpaper tersebut. Wallpaper
yang membuat perhatian anak-anak agar tetap mengunjungi perpustakaan,
gambar-gambar lucu seperti burung hantu atau kupu-kupu bisa jadi referensi
untuk dapat menghias dinding perpustakaan. Seperti pada contoh gambar ini.
Referensi gambar-gambar di atas
dapat digunakan dalam menghias dinding perpustakaan modern bagi anak-anak,
karena gambarnya yang lucu serta mengesankan bagi anak-anak. Gambar-gambar yang
seperti inilah yang harusnya diperhatikan oleh pustakawan yang ada di dalam
perpustakaan sekolah khususnya TK atau SD. Karena gambar akan cepat merangsang
pikiran manusia terutama anak-anak dalam hal belajar. Sehingga akan terjadi
keseimbangan dalam hal belajar dan bermain pada anak.
Dengan paparan tentang bagaimana
menghias dinding dengan menggunakan seni dekoratif seperti yang di atas tadi
dapat digunakan untuk lebih menarik bagaimana pemustaka dapat berkunjung dan
betah untuk berlama-lama di dalam perpustakaan. Hal tersebut adalah salah satu
ide yang lebih ditekankan kepada perhatian pemustaka serta kebutuhan pemustaka yang
ingin nyaman berada di dalam perpustakaan. Segala hal yang dijelaskan di atas yang
lebih menekankan kepada seni dekorasi dapat juga masuk ke dalam pembahasan
bagaimana kita mendesain interior perpustakaan agar lebih menarik. Tentu saja
dengan perencanaan dan perancangan yang matang.
Selain desain itu sendiri yang dapat
memengaruhi pemustaka. Tidak ada salahnya kita juga menghadirkan musik
di dalam perpustakaan. Namun, pilihan musik yang digunakan juga tidak asal
pilih. Untuk dapat membuat perasaan nyaman pada pemustaka, berikan musik
seperti musik instrumental agar dalam membaca buku atau pada saat
belajar otak akan merasa tenang dan tidak terlalu stress. Dengan selingan
beberapa jam kemudian musik yang diputarkan beralih ke lagu yang memiliki
lirik. Setelah itu kembali kepada musik instrumen. Begitu seterusnya. Sehingga
pemustaka yang datang juga tidak merasa bosan dengan hanya membaca buku dan
tidak lelah menggunakan indera penglihatan saja, tetapi juga indera pendengaran
juga ikut untuk menyeimbangkan aktifitas membaca.
Musik adalah suatu cabang seni yang
menggunakan alat-alat yang memiliki nada atau irama yang dipadankan sehingga
menjadi satu kesatuan irama lirik lagu yang enak di dengar dan memberikan rasa
tenang saat mendengarnya. Musik juga memiliki pengaruh yang besar jika
digunakan pada saat belajar karena dapat merangsang otak untuk bekerja dan
tidak membuat otak stres dalam belajar. Sehingga terjadi keseimbangan di antara
indera-indera yang digunakan.
Selain menambahkan konsep seni
dekorasi pada dinding ke dalam perpustakaan, kita juga dapat menambahkan konsep
seni ke dalam furnitur-furnitur yang digunakan dalam rak buku. Agar
dapat memperindah desain yang ada di dalam perpustakaan dan sesuai dengan
konsep ruangan yang telah di desain seindah mungkin. Seperti pada contoh gambar
ini.
Dengan menambah furnitur pada ruang
perpustakaan maka akan menambah konsep unik dan interior yang bergaya modern.
Namun penempatan rak buku yang bentuknya unik seperti yang diatas juga harus
diperhatikan. Misalnya ditempatkan pada ruangan santai untuk membaca. Yang di
dalam ruangan tersebut memiliki desain visual atau gambar pada dindingnya,
sehingga dapat menyesuaikan dengan ruang yang ada. Koleksi buku yang sesuai
dengan rak buku tersebut juga harus diperhatikan. Seperti menaruh atau menata
majalah-majalah atau bahan bacaan seperti komik, koran atau yang lainnya.
Tujuan dari paparan pembahasan yang
diatas yaitu dalam konteks bagaimana pengaruh desain itu kepada pemustaka.
Pengaruhnya yang sederhana seperti mampu menarik perhatian mereka yang datang
dengan visual design yang telah dirancang sedemikian rupa. Pengaruh yang
lain juga mampu memengaruhi psikologis terhadap pemustaka. Karena manusia pada
dasarnya lebih bisa mengingat gambar daripada tulisan, maka dari itu interior
ruangan disarankan agar dapat menambahkan gambar-gambar yang dapat memengaruhi
pemikiran sehingga orang-orang yang berada di dalamnya merasakan suasana nyaman
dan tenang serta betah berlama-lama di dalam ruangan. Konsep inilah yang
diangkat menjadi alasan pembahasan paper ini.
Pengaruh-pengaruh yang lain juga
dapat kita lihat dalam pembentukan citra perpustakaan di mata masyarakat.
Pandangan masyarakat yang tadinya menganggap perpustakaan itu sebagai tempat
yang sepi, sunyi dan gelap berubah pandangan menjadi sebuah tempat yang
menyenangkan dengan suasana yang sangat nyaman untuk mengisi waktu luang
membaca buku. Kepuasan pemustaka seperti itulah yang harus kita perhatikan,
karena perpustakaan yang baik adalah perpustakaan yang dapat melayani pemustaka
dengan sebaik-baiknya dengan cinta. Sehingga dengan adanya paparan tersebut
dapat dirasakan citra perpustakaan akan berubah positif pada masyarakat di
sekitarnya.
Citra positif perpustakaan bukan
hanya dirasakan oleh masyarakat sekitar saja, namun juga dirasakan oleh para
pustakawan yang ada di dalam perpustakaan yang mengelola perpustakaan menjadi
lebih indah dan memenuhi kebutuhan dan kepuasan pemustaka. Dengan begitu maka
dapat kita simpulkan bahwa desain dalam hal ini menghadirkan seni dekoratif
pada dinding perpustakaan akan dapat membuat citra positif terhadap
perpustakaan dan anggapan tentang perpustakaan yang sepi dan gelap dapat
dipatahkan. Dengan adanya inovasi-inovasi tersebut dapat memajukan perpustakaan
serta dapat membuat investor tertarik untuk dapat berinvestasi pada dunia
pendidikan, yaitu perpustakaan.
Sumber :