
Judul
opini diatas, merupakan sebuah slogan Perpustakaan. Slogan tersebut sering
kita lihat di berbagai media. Sarana pintar buat pintar, merupakan sebuah
kalimat yang terdiri dari beberapa suku kata, guna mempertegas maksud
keberadaan sebuah lembaga yang bernama Perpustakaan.
Perpustakaan sendiri merupakan sebuah
ruangan, bagian sebuah gedung.ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk
menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata
susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Dalam
pengertian buku dan terbitan lainnya termasuk di dalamnya semua bahan
cetak,buku, majalah, laporan, pamflet, prosiding,
manuskrip (naskah),
lembaran musik, berbagai karya musik, berbagai karya media audiovisual
seperti filem, slid ( slide), kaset, piringan hitam, bentuk mikro seperti
mikrofilm, mikrofis, dan mikroburam ( microopaque ). Webster menyatakan bahwa
perpustakaan merupakan kumpulan buku, manuskrip, dan bahan pustaka lainnya yang
digunakan untuk keperluan studi `atau bacaan, kenyamanan, atau kesenangan
( Sulistyo-Basuki,
1991:3 )
Menurut RUU Perpustakaan BAB 1 Pasal 1, “
Perpustakaan ialah sebuah lembaga atau instansi yang mengumpulkan pengetahuan
baik tercetak maupun terekam, pengelolaannya secara khusus untuk memenuhi
intelektualitas penggunanya melalui beragam cara interaksi pengetahuan ”.
Perpustakaan dan Pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan.
Perpustakaan berfungsi sebagai salah satu faktor yang mempercepat akselerasi
transfer ilmu pengetahuan. Sedangkan pendidikan, merupakan usaha agar manusia
dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran, atau dengan
cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Didalam Undang – Undang
Nomor 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, pemerintah harus
mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu secara
relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan,
sesuai dengan tuntunan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global.
Sebagai sebuah lembaga yang memberikan kontribusinya dalam bidang pendidikan,
maka perpustakaan memiliki nilai – nilai pendidikan, edukatif dan ilmu
pengetahuan. Orang yang mau membaca dan belajar, dapat memanfaatkan
Perpustakaan sebaik-baiknya. Pendek kata, siapapun yang ingin pandai,
menambah pengetahuan, keterampilan, dan wawasannya mesti belajar ( membaca),
sementara itu, sumber membaca / belajar yang relatif lebih lengkap dan secara
konferhensif tersedia adalah Perpustakaan.( Sutarno, 2008 ).
Bila melihat tujuan dari didirikannya sebuah Perpustakaan, akan tampak begitu
besar manfaat yang dapat diambil. Adapun beberapa tujuan tersebut yaitu :
- Menimbulkan
rasa cinta untuk membaca.
- Memperluas
dan memperdalam penguasaan ilmu pengetahuan.
- Mengembangkan
kemampuan belajar.
- Membantu
mengembangkan kemampuan bahasa dan daya pikir.
- Pemeliharaan
bahan pustaka secara baik.
- Memberikan
kemudahan temu kembali informasi.
- Menunjang
kegiatan belajar mengajar.
- Tempat
rujukan untuk mencari informasi, guna pembuatan karya ilmiah maupun
penelitian.
Bila ditinjau dari sisi pandang yang lebih luas, maka peran perpustakaan
bertindak sebagai agen perubahan, pembangunan, dan teknologi. Perubahan
selalu terjadi seiring dengan sifat manusia yang selalu ingin tahu,
eksplore dan berbudaya. Oleh karena itulah perpustakaan mempunyai andil
yang besar dalam proses maju mundurnya dunia pendidikan.
Tenaga Perpustakaan
Pengelolaan sebuah perpustakaan, apakah itu Perpustakaan Umum, Perpustakaan
Sekolah dan Perpustakaan Perguruan Tinggi pasti harus ditunjang oleh tenaga –
tenaga yang terampil. Ini merupakan sebuah konsekkuensi yang harus dipenuhi.
Karena memang perpustakaan dibangun untuk dapat mencerdaskan masyarakat. Oleh
sebab itu, seorang pengelola perpustakaan yang menjadi ujung tombak di
perpustakaan, haruslah orang – orang yang benar – benar terlatih dan
mempunyai keterampilan khusus.
Terlihat jelas dalam penerimaan CPNS tahun 2014 ini, Pemerintah Pusat ataupun
Pemerintah Daerah, hampir semuanya membuka formasi Pustakawan, baik tingkat
Sarjana (S1) maupun Ahli Madya (D3). Seperti yang sudah dibayangkan,
pelamarnya juga meningkat dari tahun sebelumnya. Banyak daerah yang masih
kosong pelamaranya khususnya untuk tenaga Pustakawan. Ini menunjukkan tingkat
kebutuhan Pustakawan di beberapa daerah yang sangat tinggi.
Kenapa harus Pustakawan yang bekerja di Perpustakaan ?
Kenapa bukan sarjana
lain saja?
Padahal kerjanya kan, hanya meminjamkan dan menyusun buku semata ?
Dan ini tentu sangat mudah. Itulah anggapan sebagian dari masyarakat,
terhadap tenaga perpustakaan. Sesungguhnya tidak demikian, pekerjaan yang ada
di perpustakaan bukan hanya peminjaman dan penyusunan buku saja. Banyak
pekerjaan lain diluar peminjaman dan penyusunan buku, seperti pengolahan
koleksi pustaka, proses pembuatan kartu catalog, proses automasi bahan
pustaka yang semuanya memerlukan keahlian khusus, dan ini hanya bisa
dikerjakan oleh seorang Pustakawan.
Hal lain yang harus diperhatikan juga, seiring dengan kemajuan informasi yang
begitu cepat perkembangannya, perpustakaan dituntut untuk lebih berkembang,
untuk itu dibutuhkan Sumber Daya Manusia ( SDM) yang memiliki daya pikir,
kemampuan mengembangkan dan mempunyai gagasan untuk mengembangkan
perpustakaan, bukan hanya sekedar menjadi pegawai pelengkap di sebuah
Perpustakaan.
Sebuah perpustakaan sedapat mungkin merekrut, menempatkan setiap tenaga
kerja, sesuai dengan kemampuan, dan keahlian ( the right man in the righ
place). Karena memang segala sesuatunya mesti dimulai dari faktor manusia, mereka
merupakan pemikir, penggerak, pelaksana dan sekaligus pengawas atas jalannya
organisasi dalam mencapai tujuannya.
Hal lain yang perlu diingat adalah seorang pegawai perpustakaan bukanlah
pegawai buangan, artinya bila ada pegawai yang tidak memiliki kemampuan apa-apa, lantas dia ditempatkan di perpustakaan, ini merupakan sikap yang salah
dan harus dirubah.
Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar, sebagai pusat sumber pembelajaran,
pusat kegiatan sosial, pusat kebudayaan bangsa dan pusat informasi, sangat
membutuhkan dukungan dari berbagai macam komponen seperti pemerintah daerah
maupun pimpinan lembaga dimana perpustakaan itu bernaung. Hal ini diperlukan
agar sebuah Perpustakaan dapat menunjang program – program lembaga induknya.
Jayalah Perpustakaan Indonesia
|