Refleksi
Perpustakaan dalam Program Gerakan Minat Baca Masyarakat.
Abstak :
Perpustakaan
sebagai sarana yang tepat dalam penyebaran informasi, ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta sumber bagi semua orang, sehingga perpustakaan merupakan
tempat yang strategis sebgai wadah berkumpulnya seluruh elemen masyarakat dalam
upaya memenuhi kebutuhan bacaan untuk digunakan sebagai sarana belajar mandiri
serta peningkatan minat baca masyarakat.
Kata Kunci :
Perpustakaan,sumber penyebaran informasi,wadah,elemen masyarakat,belajar
mandiri,kebutuhan bacaan,minat baca.
BAB I
PEMBAHASAN MASALAH
A.
Latar Belakang
“Buku adalah jendela dunia”, begitu kata pepatah. Hal ini seakan merupakan
sebuah penekanan mengenai pentingnya arti membaca bagi manusia. Membaca pada
hakikatnya merupakan kegiatan memperoleh informasi melalui simbol-simbol
tercetak yang tidak terbatas pada buku, tetapi juga mencakup surat kabar,
brosur, leaflet, papan nama, media elektronik, dan lain-lain.
Buku mempunyai peranan penting dalam proses sosialisasi. Apa yang dibaca akan berpengaruh
terhadap perkembangan pengetahuan, kepribadian dan intelektualitas seseorang. Sebagaimana
salah satu tujuan kemerdekaan Indoensia yang tersebut dalam UUD 1945 ialah
mencerdaskan kehidupan bangsa secara menyeluruh dan merata yang dilakukan
antara lain melalui proses pendidikan itu sendiri berkaitan langsung dengan
kegiatan belajar dan membaca.
Namun, walaupun proses pendidikan itu tidak langsung
memfokuskan pada kegiatan membaca, namun kegiatan membaca sebagai pangkal dari
proses pendidikan adalah hal mutlak yang harus diperhatikan. Meskipun media
massa / buku tidak secara langsung mengajari, tetapi tetap memberikan pengaruh
terhadap pembentukan pengetahuan dan kepribadian individu dan kelompok.
The International Association for Evaluation of Education (IEA) : 1992 dalam
sebuah studi kemampuan membaca yang dilakukan pada 30 negara di dunia,
menyimpulkan bahwa kemampuan baca anak-anak Indonesia menduduki urutan yang ke
29. Menurut Dr. Jiyono, MA bahwa: " Dari seluruh butir soal yang diberikan
kepada anak-anak kita ternyata harga 36,1% yang dapat dikerjakan dengan benar
". Berarti 69,9 % yang dikerjakan secara salah, menunjukkan bahwa
prosentase baca anak-anak Indonesia benar-benar amat rendah.
Gambaran diatas membuat kita berfikir, bahwa kegiatan membaca bukan lagi
merupakan kegiatan “murah” yang tidak harus kita perhatikan. Namun, ini
merupakan salah satu komponen pembangunan masyarakat yang senantiasa harus kita
perhatikan.
Masalah mengenai minat baca dikalangan masyarakat, bukan merupakan hal baru
yang dibahas berbagai kalangan. Dalam berbagai seminar, simposium, loka karya
dan sebagainya telah dibahas oleh para pakar nasional mengenai rendahnya minat
baca dikalangan masyarakat Indonesia, terutama daerah pedesaan. Namun,
pembicaraan tersebut biasanya hanyalah sampai disitu saja, dan tidak ada suatu
bentuk penyelesaian yang konkret untuk kita rasakan.
Jadi, penulis menilai bahwa usaha untuk
mensosialisasikan kegiatan membaca dikalangan masyarakat, sesuai dengan asumsi
dasar bahwa membaca adalah kegiatan penting, belum mampu dilaksanakan secara
maksimal oleh Pemerintah Daerah dan Perpustakaan Umum.
Berdasarkan pemikiran diatas, maka Penulis mencoba menyusun sebuah Karya Ilmiah
dengan Judul : “ Refleksi Perpustakaan dalam Program Gerakan Minat Membaca
Masyarakat”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka Karya Ilmiah ini akan membahas beberapa
masalah yang dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana usaha perpustakan untuk mempromosikan kegiatan membaca di kalangan
masyarakat ?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi usaha perpustakaan untuk mempromosikan
kegiatan membaca di kalangan masyarakat ?
C. Tujuan Penyusunan Karya Ilmiah
Karya tulis ini disusun dengan tujuan antara lain :
1. Sebagai bahan referensi bagi Perpustakaan Sekolah,Umum, dan Daerah dalam
rangka mempromosikan Program Gerakan Gemar Membaca.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Perpustakaan Sekolah,Umum, dan Daerah untuk
meningkatkan perannya dalam mensosialisasikan kegiatan membaca di kalangan
masyarakat.
D. Sistematika Penulisan
Karya Tulis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
1. BAB I Pendahuluan, yang berisi latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penyusunan Karya Ilmiah dan Sistematika Penulisan.
2. BAB II Pembahasan Masalah, yang berisi antara lain
:
a. Kebiasaan membaca di kalangan masyarakat
b. Perpustakaan sebagai gudang ilmu
c. Peran perpustakaan dalam meningkatkan minat baca
d. Konsep pembangunan perpustakaan
e. Promosi pustaka
f. Budaya baca
3. BAB III
Kesimpulan dan Saran, yang berisi Kesimpulan dan Saran.
4. Daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A. Kebiasaan Membaca Di Kalangan Masyarakat
Dalam Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, tersebut bahwa
masyarakat mempunyai hak yang sama untuk :
a. Memperoleh layanan serta memanfaatkan dan mendayagunakan fasilitas
perpustakaan;
b. Mengusulkan keanggotaan Dewan Perpustakaan;
c. Mendirikan dan/atau menyelenggarakan perpustakaan;
d. Berperan serta dalam pengawasan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan
perpustakaan.
Hal tersebut menegaskan bahwa pelayanan kepustakaan merupakan hak mutlak semua
lapisan masyarakat, tanpa memandang umur, ras, warna kulit, golongan dan
sebagainya. Namun, kondisi real yang kita rasakan adalah bahwa pelayanan
kemasyarakatan ini belum berfungsi secara optimal, dan minat baca masyarakat
masih tergolong sangat rendah.
Bila kita amati dari satu seminar ke seminar lainnya seakan-akan kita berada
dalam lingkaran setan, dimana masalah minat baca sepertinya tidak berujung
pangkal dan sulit untuk mencari penyelesaiannya. Semua masalah selalu
menghadapi jalan buntu, oleh sebab itu forum seminar hanya sebatas mengumbar
ide, wawasan, keluh kesah, konsep, dan setelah itu panitia penyelenggara maupun
pemakalah tidur lelap tanpa menindak lanjuti keputusan atau konsep yang telah
diambil. Besok-besok diselenggarakan lagi seminar dengan tema yang sama yaitu
masalah minat baca yang rendah. Dengan demikian timbul pertanyaan, benarkah
masalah minat baca begitu rumit dan tidak bisa diselesaikan di negara kita ini
? Ataukah solusi penyelesaiannya yang tidak menyentuh akar permasalahan ?
Masih rendahnya minat baca masyarakat ini, perlu kita cermati bersama dan
dicari akar masalah / landasan yang paling fundamental mengenai permasalahan
ini. Penulis menilai, bahwa akar masalah yang terjadi sehubungan dengan
rendahnya minat baca antara lain :
1. Manfaat membaca secara langsung belum bisa dirasakan oleh masyarakat.
2. Bahan bacaan belum merata.
3. Pembinaan perpustakaan belum merata.
4. Kemajuan teknologi lebih menarik perhatian.
5. Daya beli bahan bacaan masih kurang.
6. Jarak menuju perpustakaan jauh dari jangkauan masyarakat.
B. Perpustakaan Sebagai Gudang Ilmu
Julius Caesar, Raja Roma, pernah menyerang ke Mesir. Namun, ternyata Mesir
memiliki tentara yang amat kuat, saking kuatnya, ia bersama tentaranya
terjepit. Dalam keadaan terjepit inilah, Julius Caesar memiliki ide untuk
menghindari musuhnya, yaitu dengan cara membakar perpustakaan besar Mesir yang
bernama Alexandria. Ternyata Julius Caesar berhasil meloloskan diri dari
kepungan tentara Mesir. Hal ini terjadi karena masyarakat Mesir sangat
menghargai perpustakaannya.
Cerita diatas menyiratkan bahwa perpustakaan yang berisikan sekumpulan buku
yang disusun secara sistematis merupakan sesuatu yang sangat berharga, bahkan
harganya lebih dari seorang Raja Roma sehingga mereka bisa meloloskan diri.
Di hampir semua perpustakaan, kondisi perpustakaan umum bagi masyarakat masih
belum memenuhi standart sarana dan pra-sarana pendidikan. Jumlah buku dan
klasifikasinya masih belum memenuhi kebutuhan masyarakat. Ada indikasi bahwa
jumlah dan klasifikasi buku perpustakaan belum memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sehingga, hal ini menyebabkan kurangnya minat baca masyarakat di perpustakaan.
Ketidakpedulian atau kurangnya minat baca masyarakat bisa diakibatkan oleh
kondisi masyarakat kita yang pergerakannya melompat dari keadaan pra literer ke
dalam pasca literer, tanpa melalui masa literer. Artinya dalam kondisi
masyarakat yang tidak pernah membaca, tidak terbiasa dengan budaya menulis
(terbiasa dengan budaya lisan), kedalam bentuk masyarakat yang tidak mau
membaca seiring masuknya teknologi komunikasi, informatika, dan broadcasting.
Akibatnya masyarakat kita lebih senang menonton televisi daripada membaca.
B.
Peran Perpustakaan Dalam
Meningkatkan Minat Baca
Masyarakat yang sudah maju, berdaya, dan cerdas bisa tercermin dari tingginya
budaya baca mereka. Budaya baca yang tinggi diawali oleh tumbuhnya minat baca,
kemudian menjadi kegemaran membaca, akhirnya memelihara dan mengembangkan minat
baca tersebut menjadi suatu kegiatan yang mendatangkan manfaat.
Membaca dalam arti yang umum adalah melakukan berbagai
kegiatan yang dapat memperkaya pengetahuan sarta memperluas wawasan untuk dapat
membentuk watak dan sikap yang menyebabkan pengetahuan seseorang bertumbuh.
Sumber bacaan adalah bisa dari buku, majalah ataupun surat kabar. Apabila kita
membiasakan diri membaca terus-menerus setiap hari dan sepanjang waktu maka
lambat laun akan tertanam dalam diri kita suatu keadaan atau perasaan selalu
ingin tahu . Dan apabila perasaan selalu ingin tahu sesuatu ini mendapat suatu
dorongan yang kuat dalam batin kita maka disitulah mulai timbul minat
(interest) karena adanya berbagai informasi yang muncul, di sekitar kita,
informasi itulah yang mendorong kita untuk mencari sumbernya dan bahkan
kebenaran. Di zaman sekarang ini sumber informasi pada umumnya didapat dari
berita- berita baik dati Televisi maupun Radio (Audio Visual), disamping itu
sumber informasi lainnya adalah dari buku, majalah, surat kabar dan jenis
cetakan lainnya (sumber informasi tercetak). Dari buku, majalah dan surat kabar
diharapkan akan dapat menimbulkan minat baca. Selanjutnya dari minat baca
diharapkan dapat bertumbuh terus dalam arti dari minat baca kemudian berkembang
menjadi kebiasaan membaca bagi seluruh lapisan masyarakat.
Menumbuhkan minat dan cinta membaca sesungguhnya dapat dilakukan oleh siapa
saja mulai dari diri pribadi, keluarga atau orangtua, sekolah, dan masyarakat.
Pemerintah hanya berperan sebagai motivator, fasilitator, dan regulator. Oleh
sebab itu upaya pemerintah untuk memasyarakatkan budaya baca tidak cukup hanya
dengan mendirikan perpustakaan ataupun dengan memfasilitasi berdirinya
perpustakaan pribadi seperti sudut baca dan taman-taman bacaan masyarakat,
tetapi perlu ditimbulkan suatu semangat, gerakan, dan tekad yang membangkitkan
kesadaran seluruh lapisan masyarakat terhadap pentingnya membaca.
Perpustakaan memiliki peran strategis dalam menumbuhkan minat baca masyarakat.
Untuk mengembangkan minat dan kebiasaan membaca cakupannya amat luas, karena
menyangkut masalah-masalah mulai dari keluarga sampal ke masyarakat. DI samping
itu peran pemerintah mulai dari pemerintahan tingkat pusat hingga pemerintahan
tingkat terendah di daerah sangat besar. Masing-masing pemerintahan berperan
sesuai tugas dan fungsinya serta kewenangannya. Pemerintah pusat misalnya harus
menentukan kebijakan dan strategi sesuai dengan kewenangannya termasuk
penyediaan anggaran operasionalnya, Pemerintah di tingkat Provinsi menetapkan
kebijakan dan strategi sesuai dengan kewenangannya termasuk penyediaan anggaran
operasionalnya. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotamadya menetapkan kebijakan dan
strategi serta penyediaan anggaran operasional yang memadai guna melancarkan
program pengembangan minat baca. Demikian seterusnya dari tingkat Kecamatan,
Desa/Kelurahan, Rukun Kampung, Rukun Tetangga hingga terakhir pada keluarga.
D. Konsep Pembangunan Perpustakaan
Sesuai dengan tugasnya, fungsi pokok perpustakaan adalah memberikan pelayanan
informasi untuk menunjang program belajar, baik dalam usaha pendalaman dan
penghayatan pengetahuan, penguasaan keterampilan, maupun penyerapan dan
pengembangan nilai dan sikap. Untuk itu, pembangunan dan pengelolaan
perpustakaan yang baik dan profesional harus dilaksanakan dengan sistematis.
Pengelolaan kepustakaan meliputi antara lain :
1. Pengadaan koleksi.
2. Pengolahan koleksi.
3. Pengklasifikasian.
4. Tata Ruang Perpustakaan.
5. Pemeliharaan.
6. Struktur Organisasi Pengelola jelas.
7. Pembiayaan teratur.
E. Promosi Pustaka
Tujuan utama promosi perpustakaan adalah upaya menyadarkan masyarakat pengguna
tentang pentingnya perpustakaan bagi kehidupan. Ada dua pertanyaan dasar yang
harus diketahui oleh Pustakawan dalam mempromosikan kegiatan membaca di
perpustakaan :
1. Apakah pustakawan tahu apa yang dipikirkan pengguna tentang pelayanan
perpustakaan ?
2. Apakah pustakawan tahu apa yang diinginkan pengguna di perpustakaan ?
Sebaiknya perpustakaan memiliki kebijakan tertulis menyangkut promosi dan merinci
berbagai sasaran serta strategi yang akan digunakan. Tentu saja, kebijakan ini
harus dikerjakan bersama-sama dengan manajemen perusahaan. Kebijakan
pengelolaan dan promosi ini hendaknya memuat beberapa unsur :
1. Sasaran dan strategi
2. Rencana tindakan agar pasti tujuan tercapai
3. Metode evaluasi
Disini penulis mencoba memberikan beberapa ide dalam bentuk kegiatan yang dapat
dijadikan sarana promosi perpustakaan :
1. Menyelenggarakan pameran buku.
2. Membuat terbitan berisi informasi mengenai jam buka, jasa dan koleksi
perpustakaan.
3. Mempersiapkan dan menyebarluaskan bermacam daftar sumber informasi dan
pamflet yang berkaitan dengan proyek dan program perpustakaan.
4. Memberikan informasi tentang perpustakaan kepada semua karyawan.
5. Menyelenggarakan lomba-lomba seperti lomba karya tulis ilmiah, lomba majalah
dinding, dan sebagainya.
Diharapkan, melalui beberapa kegiatan diatas, maka usaha promosi perpustakaan
dapat dijalankan dengan baik, dan masyarakat luas tertarik untuk mengunjungi
perpustakaan tersebut. Langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan kegiatan
membaca pada pengguna perpustakaan tersebut untuk kemudian dijadikan mitra
untuk bekerjasama membangun kebiasaan membaca dikalangan masyarakat.
Bentuk kegiatan lain dalam rangka pendidikan pemakai yang lebih integral dan
kontinyu adalah mengadakan kursus dan pelatihan keperpustakaan. Kursus dan
program berbasis perpustakaan khususnya ditujukan pada karyawan dan staf
tentang bagaimana cara menggunakan perpustakaan.
Pelatihan yang didesain khusus untuk level manajer hendaknya memberikan
bimbingan yang jelas mengenai peran perpustakaan di dalam kegiatan perusahaan
serta bantuan yang tersedia dari staf perpustakaan. Pelatihan semacam ini
hendaknya secara khusus menekankan pelatihan praktis dalam mencari informasi
yang berhubungan dengan pekerjaan. Melalui pengalaman mereka dalam mencari
sumber informasi yang sesuai, para karyawan akan semakin memiliki pemahaman
yang lebih dalam mengenai bagaimana perpustakaan dapat melengkapi tugas-tugas
mereka.
F. Budaya Baca

Membaca dalam arti yang umum adalah melakukan berbagai kegiatan yang dapat
memperkaya pengetahuan sarta memperluas wawasan untuk dapat membentuk watak dan
sikap yang menyebabkan pengetahuan seseorang bertumbuh. Sumber bacaan adalah
bisa dari buku, majalah ataupun surat kabar. Apabila kita membiasakan diri
membaca terus-menerus setiap hari dan sepanjang waktu maka lambat laun akan
tertanam dalam diri kita suatu keadaan atau perasaan selalu ingin tahu . Dan
apabila perasaan selalu ingin tahu sesuatu ini mendapat suatu dorongan yang
kuat dalam batin kita maka disitulah mulai timbul minat (interest) karena
adanya berbagai informasi yang muncul, di sekitar kita, informasi itulah yang
mendorong kita untuk mencari sumbernya dan bahkan kebenaran. Di zaman sekarang
ini sumber informasi pada umumnya didapat dari berita- berita baik dati
Televisi maupun Radio (Audio Visual), disamping itu sumber informasi lainnya
adalah dari buku, majalah, surat kabar dan jenis cetakan lainnya (sumber
informasi tercetak). Dari buku, majalah dan surat kabar diharapkan akan dapat
menimbulkan minat baca. Selanjutnya dari minat baca diharapkan dapat bertumbuh
terus dalam arti dari minat baca kemudian berkembang menjadi kebiasaan membaca
bagi seluruh lapisan masyarakat.
Lebih konkretnya, kebiasaan membaca akan timbul apabila ada selera, minat,
kemudian menjadi kebiasaan yang ditunjang dengan adanya bahan bacaan. Hal ini
menunjukkan bahwa semua pihak terutama perpustakaan sebagai penyedia layanan
masyarakat harus lebih giat dan berperan aktif untuk mengusahakan kebiasaan
membaca dikalangan masyarakat.
Membaca yang pada awalnya hanya sekedar dipromosikan oleh perpustakaan,
kemudian akan menarik pengunjung untuk mengunjungi perpustakaan dan membaca
buku. Kemudian akan timbul suatu selera atau kebutuhan akan bahan bacaan, dan
lama-kelamaan akan timbul sebuah kebiasaan yang akan membudaya dikalangan
masyarakat kita. Hal inilah yang menjadi cita-cita kita bersama.
Namun, hal ini juga harus ditunjang dengan adanya sebuah sistem pengelolaan
perpustakaan yang baik pula. Agar para konsumen dan pengguna merasa nyaman dan
aman, kemudian juga hendaknya diperhatikan koleksi perpustakaan yang ada dan
hendaklah senantiasa up to date bagi pengguna.
BAB III
KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan
Untuk mempromosikan kebiasaan membaca dikalangan masyarakat merupakan tugas
penting seluruh pihak. Sebagai membaca merupakan sebuah kegiatan yang menjadi
awal tonggak keberhasilan sebuah negara dengan Sumber Daya Manusia yang bermutu
dan berpendidikan serta berwawasan luas.
Perpustakaan sebagai sarana pelayanan masyarakat dan penyedia ilmu pengetahuan
hendaklah memiliki peranan penting dalam mempromosikan kebiasaan membaca.
Mempromosikan perpustakaan kepada masyarakat akan secara langsung mempromosikan
kegiatan membaca sebagai tonggaknya.
B. Saran
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mempromosikan kegiatan membaca dikalangan
masyarakat oleh perpustakaan adalah :
1. Tersedia perpustakaan yang baik.
2. Adanya manajemen pengelolaan perpustakaan yang baik.
3. Adanya koleksi buku / bahan pustaka yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
4. Adanya kerjasama perpustakaan dengan berbagai pihak yang berkepentingan
dalam membangun perpustakaan di kalangan masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Delly H. Dadang. Kiat dan Strategi Meningkatkan Minat Baca Masyarakat.
Teknis Perpustakaan Sekjen Departemen Dalam Negeri, Jakarta.
Kalida,Muhsin. Strategi Kemitraan Bagi Taman Bacaan Mayarakat.
Yogyakarta : Mitsaq Pustaka.
N.S, SuSutarno. 2003. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia.
Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum, Perpustakaan Nasional RI,
Bagian Proyek Pengembangan Sistem Perpustakaan Nasional, 1999.
Perpustakaan Nasional RI. 2002. Pola dan Strategi Pengembangan Perpustakaan
dan Minat Baca. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah Menengah Tingkat Atas, PN
Balai Pustaka, 1984.
Pola dan Strategi Pengembangan Perpustakaan Dan Pembinaan Minat Baca
Perpustakaan Nasional Rl Tahun 2003.
Purwono, dan Sri Suharmini. 2006. Perpustakaan dan Kepustakawanan
Indonesia. Banten : Penerbit Universitas Terbuka.
Saleh, Abdul Rahman. 2011. Percikan Pemikiran di Bidang Kepustakawanan.
Jakarta : Sugeng Seto.
Suherman, M.Si. 2009. Perpustakaan Sebagai Jantung Sekolah : Referensi
Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Bandung : PUBLISHING dan PT SAGA VISI
PARIPURNA.
Basuki, Sulistyo. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia
Pustaka.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.
Zein, Labibah ( Editor ). 2011. The Key Word : Perpustakaan di Mata
Masyarakat. Yogyakarta : Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga.