Hay kawan, apa kabar liburan kalian ?
Pastinya seru dong ya...
Kali ini aku akan bercerita sedikit tentang perjumpaan ku dengan seorang kawan lama dari Pangkalan Bun Kalimantan Tengah.
 |
Aku, Boy (Ari), dan Alif |
Kalian tahu kan Pangkalanbun ?
Kalian masih ingatkah peristiwa jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 tahun lalu ?
Nah di sanalah tempat ditemukannya bangkai pesawat tersebut.
Ku sudahi dulu tentang pesawat itu ya, kita kembali tentang perjumpaan ku hari itu.
Siapa yang tidak haru biru bertemu dengan kawan yang sudah lama tidak dijumpainya, pastinya rasa senang bukan kepalang akan menyertaninya.
 |
Aku dan Si Boy |
Ku perkenalkan saja namanya Ari Setiawan, namun biasa ku panggil Boy. Kami berdua sama-sama mahasiswa Ilmu Perpustakaan namun beda kampus, Si Boy merantau dan menimba ilmu di salah satu kampus di Kota Malang, dan aku tentunya kalian sudah tahu, hehe...
Si Boy datang ke Jogja untuk berlibur dan berjumpa dengan kawan-kawannya termasuk aku :D
Dalam perjumpaan yang penuh dengan suasana persaudaraan tersebut, kami berbagi cerita dan informasi tentang banyak hal. Mulai dari kebudayaan, bahasa, pendidikan, perpustakaan, dan sampai seputar perkuliahan. Si Boy berbicara pada masalah pendidikan di Indonesia dan kultur budaya perkuliahan yang memang sudah tak lazim lagi. Kira-kira dialognya seperti ini :D
Boy : "Rud, aku merasa miris melihat pendidikan kita di Indonesia. Pak menteri berbicara sistem ujian kita dapat di contoh oleh negara lain, tapi lihat saja masalah-masalah yang terjadi dalam pelaksanaan UN tahun ini di beberapa daerah. Ah sudahlah"
Aku : " Mmm...bukannya kau juga orang Indonesia Boy ? Lantas mau berbuat apa kita, toh juga mau koar-koar sana-sini bakal di sikat juga sama penguasa."
Boy : " Aku juga merasakan hal itu, tapi setidaknya kita sudah mulai memikirkan bagaimana cara merubah sudut pandang masyarakat kita akan hal itu, bukan lagi siapa yang dekat dan banyak uang yang berhasil, tapi siapa yang berpendidikan dan bermanfaat untuk sekitarnya dengan profesi masing-masinglah manusia Indonesia seutuhnya. Aku juga bermimpi begitu."
Aku : " Aku tidak tahu harus berkata apa-apa, tapi ya begitulah adanya. Aku setuju dengan statemen kau yang ingin merubah pandangan masyarakat itu. Aku juga sempat berpikir demikian, tapi untuk saat ini perlu persiapan amunisi untuk mengekskusi ide itu."
Boy : "Ooo ya... beberapa hari lagi pengumuman kelulusan tingkat SMA, pastinya ramai jalanan di pakai konfoi coret-coret. Sepertinya kita tidak usah bepergian saja ke tempat yang jauh, cukup di beberapa tempat yang dekat saja tapi berkesan. Aku tahu kau senang berpuisi di medsos. Cobalah nanti kau buatkan aku bait-bait puisi seputar pembicaraan kita ini. Ok ku tunggu coretan puitis mu Rud !"
Aku : " Ahh kau ini masih saja senang memuji seperti dulu, bukan senang berpuisi sebenarnya, tapi sok puitis, hahaha... Ok lah nanti akan ku coba buat Boy."
Ku sudahi dulu dialog sederhana bak seorang pejabat tenar yang berjumpa itu, haha...
Karena si Boy memintaku untuk membuatkan puisi seputar pembicaraan kami itu, ya mungkin tidak ada salahnya juga ku coba. Pemikirannya si Boy terkadang langsung menerawang jauh dan unik, itulah kecerdasan yang ku akui dari sahabat ku yang satu ini walaupun masih banyak lagi.
Ok kawan, langsung saja ku persembahkan untuk kalian sedikit coretan bait pembicaraan ngawur ku dengan si Boy :D
Coretan Negeri
Bertinta Hitam
Jika kau lihat bendera merah putih berkibar dihalaman
sekolah
Belum tentu di sana ada orang Indonesia
Jika kau dengar Pancasila dibacakan berulang-ulang,
Belum tentu semua yang mendengarnya punya Tuhan Yang Maha Esa
Ahhh…
yang kurang ajar, manusia semakin ngeblinger
Tak
tau arah terombang-ambing dalam kemaksiatan menggiurkan
Seluruh
isi bumi berteriak…
Seolah-olah
ia muak akan tingkah manusia yang semakin edan
Pendidikan
tidak lagi menuju jalan Sang Pencipta
Akan
tetapi menuju lingkaran setan yang nista
Dunia
pendidikan secara global sedang mengalami situasi rabun
Wong
pendidikan tidak bisa membedakan mana emas mana dedak,
mana
kepiawaian mana kedunguan,
mana
pemimpin dan mana pendusta
Wong
pendidikan tak mencerminkan seorang yang terdidik
Negaraku
penuh dengan negara dungu
Menuhankan
ilmu menuhankan otak, tanpa sadar itu dari Sang pencipta
Pendidikan
tidak lagi berbasis karakter tetapi berbasis maniak materialisme
Ekonomi
negaraku hancur, karna mundurnya pendidikan
Politik
negaraku mundur, karena mundurnya pendidikan
Dan
para bangsaku bejat, juga karena bejatnya pendidikan
Ijazah
tidak lagi di anggap ijazah, tetapi hanyalah sesuatu yang bisa dibeli dengan
selembar kertas
Ujian…
sudah bukan lagi dianggap ujian, tetapi hanyalah formalitas belaka
Lulus
ujian bukannya sujud syukur, tapi malah tawur ugal-ugalan di tepi jalan,
coret-coretan.
Akhirnya……
Masuk
jurang, mati penasaran
Kalau
hanya menjual kertas ijazah, tak usahlah wong gedean
Tak
usahlah wong berpendidikan, pedagang asongan pun bisa.
Memang negaraku,
Bangsa ku ini menunggu sepak terjang para pejuang
kemerdekaan
Kita kembali terpuruk
Ketika tak ada lagi yang tahu
Di mana sejatinya benar,
Di mana sejatinya salah
Berkutat pada mimpi akan surga,
Membuat orang terlena menghancurkan dirinya demi
satu yang sial
Tak perlu menjajah agar tiada yang berontak
Pun tak perlu susah matai iman agar tiada berlebih
Yang salah bukan imannya, tapi yang merusak iman
atas nama jihad
Jihad salah paham di negara aman
Salahkah orang marah jika imannya dicurangi ?
Orang pada mabuk dan judi bukan ingin mengacau,
Mereka hanya ingin memastikan imannya aman
Tapi kok negara takut
Malah asal tangkap, yang penting tertangkap
Salah benar nanti dirangkap.
Merasa penting diawas,
Iman-iman-pun diawan agar tidak keras dan tetap
waras katanya
Kubalik-balik halaman,
Hampir tak terbaca
Yang kubaca-baca,
Kok terbalik-balik.
Sampai akhir senja usia
Ku dengar fakta pun terbolak-balik.
Duh...cerita dan sejarahpun
terkadang terbolak-balik.
??????????
Kelam....
Kemana ejaan-ejaan lurus acuan
membaca.
Lupa...
Letih sudah usaha pertanyakan aksara-aksara.
Kalau ku cerita tentang sesuatu.
Kau sudah terlalu banyak tahu
katamu....
Kalau ku perlihatkan
tentangg sesuatu,
katamu akupun sudah menatapnya,
kalau kuperdengarkan lagu itu ,
kau bilang itu nostalgia
Kalau kau terlalu...maka ku bilang kau DUNGU.
Orang kecil itu hanya bisa iri pada pemuda rapi
berbuku banyak,
Pendidikan itu harus berarti bangsawan ?
Loh... kapan bangsawannya kalau tidak berpendidikan
?
Yang sadarlah yang cari ilmu,
Mendatangi guru lalu minta tahu.